Rabu, 28 November 2012

Puisi

bahasa

Macam-Macam Paragraf

Macam - macam paragraf antara lain:
  1. Berdasarkan Letak Kalimat Utama
  2. Jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama antara lain:
    • Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya terletak di awal paragraf
    • Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf
    • Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf
    • Naratif/deskriptif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak menyebar di seluruh paragraf
  3. Berdasarkan Tujuannya
  4. Jenis paragraf berdasarkan tujuannya antara lain:
    • Paragraf narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan suaut peristiwa atau kejadian sehingga pembaca seolah - olah mengalami sendiri kejadian itu
    • Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek nyata agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu
    • Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan sejumlah informasi atau pengetahuan dengan tujuan pembaca dapat mendapat tambahan informasi atau pengetahuan sejelas - jelasnya
    • Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk mengemukakan alasan, contoh, dan bukti - bukti yang kuat dan meyakinkan dengan tujun meyakinkan pembaca sehingga pembaca membenarkan pendapat, sikap, dan keyakinan kita
    • Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan untuk membujuk atau merayu pembaca sehingga pembaca tergiur atau terpengaruh untuk mengikuti keinginan penulis
  5. Berdasarkan Pola Pengembangannya
    • Pola umum-khusus
    • Pola ini diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum dengan ditandai kata banyak, umumnya kemudian dijelaskan dengan rincian - rincian
    • Pola khusus-umum
    • Pola ini merupakan kebalikan dari pola umum-khusus yaitu diawali dengan rincian - rincian dan diakhiri pernyataan yang bersifat umum
    • Pola definisi luas
    • Pola ini digunakan sebagai usaha penulis untuk memberkan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau suatu hal
    • Pola proses
    • Pola ini merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa
    • Pola sebab-akibat
    • Pola ini dilakukan dengan mencantumkan sebab-sebab suatu hal terjadi dan diikuti dengan akibat yang ditimbulkan oleh sebab-sebab tersebut.
    • Pola ilustrasi
    • Pola ini dilakukan ketka ditemukan sebuah gagasan yang masih terlalu umum sehingga dibutuhkan ilustrasi-ilustrasi yang bersifat konkret
    • Pola pertentangan dan perbandingan
    • Pola pertentangan digunakan ketka kita membahas suatu persoalan dengan cara mengontraskan dengan masalah lain, sedangkan pola perbandingan digunakan ketika membahas dua hal atau objek berdasarkan persamaan dan perbedaan-perbedaannya
    • Pola analisis
    • Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau gagasan yang sifatnya umum ke dalam perincian-perincian yang logis dan analitis
    • Pola klasifikasi
    • Pola ini digunakan untuk mengelompokkan hal, peristiwa, atau benda yang dianggap memiliki kesamaan-kesamaan tertentu
    • Pola seleksi
    • Pola ini dilakukan dengan cara memilih perbagian dengan didasarkan atas fungsi, kondisi, atau bentuknya
    • Pola titik pandang
    • Pola ini dilakukan dengan cara melihat kedudukan pengarang dalam menceritakan atau melihat sesuatu
    • Pola dramatis
    • Pola ini dilakukan dengan cara penceritaan tidak langsung atau melalui dialog-dialog
    • Analogi
    • Pola ini dilakukan dengan membandingkan dua benda yang banyak kesamaan sifatnya
    • Generalisasi 
    • Pola ini dilakukan dengan cara menarik sebuah kesimpulan umum dari beberapa data yang dimiliki

Selasa, 27 November 2012

Kata Majemuk dalam Bahasa Indonesia

Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat disisipi kata lain atau pengertian lain dari kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk arti baru atau suatu kesatuan makna. Contoh : Meja makan, sapu tangan, kapal terbang, kursi malas, kamar tidur, mabuk laut, terjun payung, tanah air, jatuh bangun, mencumbu rayu, simpang siur, gelap gulita, tua renta.

gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya.
Makan meja (tidak logis)
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang, sedang, dll.
Meja (yang) makan (tidak logis)
Meja (sedang) makan (tidak logis)
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
Contoh : Rumah sakit
Secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh tersebut adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam contoh di atas adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna kata pembentuknya.

Ciri-ciri kata majemuk

Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:
  1. Dibentuk oleh dua kata atau lebih.
  2. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru. 
  3. Unsur-unsur rapat tidak dapat disisipkan kata lain diantara unsur itu seperti : yang, untuk, sedang.
  4. Merupakan kesatuan yang terikat pada bentuk kata (konstruksi morfologis). Kata majemuk tidak bisa diubah-ubah susunannya.
  5. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan Menerangkan). 
  6. Jika kata majemuk mendapat pengimbuhan ataupun pengulangan, maka pengimbuhan atau pengulangan itu harus meliputi keseluruhan unsurnya contoh: rumah sakit-rumah sakit, saputangan- saputangan, kereta api-kereta api

Jenis-jenis kata majemuk

1. Kata kerja
    Contoh: adu domba, adu argument, membanting stir.
2. Kata benda
   Contoh: air terjun, anak emas, kaki tangan, saksi mata.
3. Kata sifat
   Contoh: besar kepala, ringan mulut, tua bangka, lurus hati.

Pola Kata Majemuk

a. KB - KB, contoh : tanah air
b. KK - KK, contoh : hancur lebur, jatuh bangun
c. KS - KS, contoh : muda belia, cantik jelita
d. KB - KK, contoh : kamar tidur, piring terbang
e. KB - KS, contoh : kursi malas, rumah sakit
f. KK - KS, contoh : terjun payung




By : http://mersiku.jw.lt/materi/bahasa_indonesia_4

Kalimat Tunggal Dan Kalimat Majemuk

      Pembeda antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah jumlah klausa yang ada di dalam kalimat. Sebuah kalimat dikatakan kalimat tunggal jika dalam kalimat tersebut hanya terdapat sebuah klausa. Sedangkan yang dimaksud dengan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa (dua pola kalimat atau lebih).
Contoh kalimat tunggal
• Ibu memasak nasi
• Kami menonton film horor

     Kalimat mejemuk jika dilihat dari sifat hubungan antar klausa di dalam kalimat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat), dan kalimat majemuk kompleks.

A. Kalimat Majemuk Setara ( Kalimat Majemuk Koordinatif)
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Kata hubung yang digunakan yaitu : dan, atau, tetapi, dan lalu.
Contoh :
1. Dia datang dan duduk di sebelah saya.
2. Saya sudah makan banyak, tetapi masih saja lapar.
3. Saya duduk, ayah berdiri, dan adik berlari-lari.
4. Dia datang, lalu menyuruh kami makan.

Ada tiga macam hubungan semantis dalam kalimat majemuk setara.
  1. Hubungan 'penjumlahan'
    Hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan penjumlahan ini ditandai dengan kata penghubung dan, serta, baik. . . maupun.Contoh: Ia baik hati dan suka menolong teman yang mengalami kesusahan.
  2. Hubungan 'perlawanan'
    Hubungan yang menyatakan bahwa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Klausa pertama berlawanan atau tidak sama dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan perlawanan ini ditandai kata penghubung tetapi, melainkan. contoh : Adikku belum bersekolah, tetapi dia sudah pandai membaca.
  3. Hubungan 'pemilihan'
    Hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Hubungan pemilihan ini ditandai kata penghubung atau. contoh:Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?

B. Kalimat Majemuk Bertingkat (kalimat majemuk subordinatif)
     Kalimat majemuk bertingkat yaitu kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau tidak sederajat. Maksud ketidaksetaraan ini yaitu klausa-kalusa yang ada dalam kalimat ini menduduki posisi yang berbeda yaitu ada yang bertindak sebagai klausa atasan dan ada yang sebagai klausa bawahan. Penghubung atau konjungsi yang digunakan dalam hubungan kalimat majemuk jenis ini yaitu kalau, ketika, meskipun, dan karena. Seperti dalam jenis koordinatif/kalimat majemuk setara, dalam jenis ini pun terkadang konjungsi/kata hubung tidak selalu digunakan.
Contoh :
1. Kalau ayah pergi, ibu juga akan pergi.
2. Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.
3. Karena banyak yang tidak berangkat, kuliah diliburkan.
4. Meskipun ada larangan merokok, kakek tetap merokok.
     Pembentukan kalimat majemuk bertingkat memiliki dua sudut yang bertentangan. Pertama dipandang sebagai hasil proses menggabungkan dua buah klausa atau lebih, di mana klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan atau klausa utama (kadang disebut induk kalimat), sedangkan yang lain disebut klausa bawahan (anak kalimat).
Contoh : Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.Dari kalimat tersebut, klausa “ Nenek membaca majalah ” berstatus sebagai klausa atasan/induk kalimat, sedangkan klausa “ Kakek pergi ke pasar “ berkedudukan sebagai klausa bawahan/anak kalimat.
Pandangan kedua, konstruksi kalimat majemuk bertingkat dianggap sebagai hasil proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya.
Contoh : Nenek membaca majalah tadi siang.
Kalimat tunggal tersebut kemudian diubah menjadi kalimat majemuk
Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.

     Dari contoh tersebut terlihat frasa tadi siang yang merupakan bagian dari klausa “Nenek membaca majalah tadi siang” diluaskan (dideskripsikan) menjadi “ ketika kakek pergi ke pasar”. Dalam pandangan yang kedua ini dinyatakan bahwa setiap unsur kalimat dapat diperluas untuk dijadikan anak kalimat. Dari pandangan ini muncullah istilah anak kalimat pengganti subjek, anak kalimat pengganti predikat, anak kalimat pengganti objek, dan anak kalimat pengganti keterangan.

• Penghubung kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa yang membentuknya. Untuk memperlihatkan hubungan antar klausa yang terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat dibutuhkan kata penghubung atau konjungsi.
Berikut ini beberapa konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat besrta hubungan antarklausa yang diciptakan.
  1. Hubungan 'waktu'
    Kata penghubung yang digunakan adalah sejak, semenjak, sedari, ketika, sebelum, sesudah, hingga, sementara, seraya, tatkala, selama, selagi, serta, sambil, seusai, sesudah, setelah, sehabis, sampai, hingga.Contoh : Sejak anak-anak, saya sudah terbiasa hidup sederhana.
  2. Hubungan 'syarat'
    Kata penghubung yang digunakan adalah seandainya, andaikata, bilamana, jika.Contoh : Jika Anda mau mendengarkannya, saya akan bercerita.
  3. Hubungan 'tujuan'
    Kata penghubung yang digunakan adalah agar, agar supaya, supaya, dan biar. Contoh : Saya mengerjakan tugas itu sampai malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.
  4. Hubungan 'konsesif'
    Kata penghubung yang digunakan adalah walaupun, meskipun, kendatipun, sungguhpun. Contoh : Walaupun hatinya sedih, ibu itu tidak mau menangis di hadapan anakanaknya.
  5. Hubungan 'perbandingan'
    Kata penghubung yang digunakan adalah seperti, ibarat, bagaikan, laksana, alih-alih. Contoh :Bu Tati menyayangi kemenakannya seperti beliau menyayangi anakanaknya.
  6. Hubungan 'penyebaban'
    Kata penghubung yang digunakan adalah sebab, karena. Contoh : Rencana penyelenggaraan pentas seni di sekolah saya ditunda karena para pengisi acara belum siap.
  7. Hubungan 'akibat'
    Kata penghubung yang digunakan adalah sehingga, sampai, maka. Contoh : Pada saat ini harga buku memang sangat mahal sehingga kami tidak sanggup membelinya.
  8. Hubungan 'cara'
    Kata penghubung yang digunakan adalah dengan. Contoh : Ia merangkai bunga-bunga itu dengan penuh konsentrasi.
  9. Hubungan 'sangkalan'
    Kata penghubung yang digunakan adalah seolah-olah, seakan-akan. Contoh : Anak itu diam saja seolah-olah dia tidak melakukannya.
  10. Hubungan 'kenyataan'
    Kata penghubung yang digunakan adalah padahal, sedangkan. Contoh : Dia pura-pura tidak tahu, padahal dia tahu banyak hal.
  11. Hubungan 'hasil'
    Kata penghubung yang digunakan adalah makanya. Contoh : Wajah Tono cemberut, makanya saya takut untuk mendekatinya.
  12. Hubungan 'penjelasan'
    Kata penghubung yang digunakan adalah bahwa. Contoh : Ia tidak tahu bahwa ayahnya seorang karyawan teladan.
C. Kalimat Majemuk Kompleks (kalimat majemuk campuran)
      Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih, di mana ada klausa yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif. Dengan kata lain kalimat ini merupakan percampuran antara kalimat majemuk koordinatif dengan kalimat majemuk subordinatif atau biasa juga disebut dengan istilah kalimat majemuk campuran.
Contoh :
• Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar dan tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.
• Karena ayah sedang kesulitan, kakek mengambil uang di tabungan dan memberikannya kepada ayah.



By :http://mersiku.jw.lt/materi/bahasa_indonesia_6

Unsur dan Pola Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

Unsur dan Pola Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat terdiri dari berbagai unsur seperti subyek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Sebuah kalimat dikatakan sempurna bila memiliki minimal dua unsur, yaitu subyek dan predikat.
A. Unsur Kalimat
1. Subyek (S)
Disebut juga pokok kalimat, karena merupakan unsur inti suatu kalimat.
Umumnya berupa kata benda (KB) atau kata lain yang dibendakan.
Merupakan jawaban dari pertanyaan “Siapa” atau “Apa”.
Contoh :
Agnes Monika adalah seorang aktor dan penyanyi.
Super Junior adalah boyband favoritku.
Buku itu dibeli oleh Karta.
2. Predikat (P)
Unsur inti pada kalimat yang berfungsi menjelaskan subyek.
Biasanya berupa kata kerja (KK) atau kata sifat (KS).
Merupakan jawaban dari pertanyaan “Mengapa” dan “Bagaimana”.
Contoh :
Yeti menyanyi dengan merdu.
Hana memasak nasi goreng.
Lili membaca majalah.
3. Objek (O)
Keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat.
Biasanya terletak di belakang predikat.
Dalam kalimat pasif, objek akan menempati posisi subyek.
Ada dua macam objek, yaitu :
Objek Penderita : kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subyek.
Makna objek penderita :
1. Penderita
Contoh : Karto mencoret-coret tembok.
2. Penerima
Contoh : Wati memakai baju Heechul.
3. Tempat
Contoh : Super Junior datang ke Indonesia.
4. Alat
Contoh : Kasim melempar bola ke Joko.
5. Hasil
Contoh : Doni mengerjakan tugas bahasa Indonesia.
Objek Penyerta : objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
Makna objek penyerta :
1. Penderita.
Contoh : Suma memberikan Surya komputer baru.
2. Hasil.
Contoh : Redi membelikan orangtuanya rumah.
4. Keterangan (K)
Hubungannya dengan predikat renggang.
Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat.
Terdiri dari beberapa jenis :
Keterangan Tempat
Agnes akan konser di Singapura.
Keterangan Alat
Dalam drama itu, Karta memukul Sule dengan panci.
Keterangan Waktu
Sinta akan kembali ke Korea pukul 11 malam.
Keterangan Tujuan
Kita harus rajin berolahraga agar sehat.
Keterangan Cara
Mereka memperhatikan koreo dengan seksama.
Keterangan Penyerta
Ali pergi bersama Doni.
Keterangan Similatif
Yasin memberikan arahan kepada pemain sebagai pelatih.
Keterangan Sebab
Dia sangat sukses sekarang karena giat bekerja.
5. Pelengkap (Pel.)
Terletak di belakang predikat.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subyek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Contoh :
Kiki memberikanku novel bagus.
Hana menghadiahkan orangtuanya restoran baru.
Mahkota itu bertahtakan mutiara.
B. Pola Kalimat
Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola :
1. S-P
Karto tidur.
2. S-P-O
Sinta makan nasi.
3. S-P-Pel
Cincinnya bertahtakan berlian.
4. S-P-K
D’Bagindas konser di Tokyo Dome.
5. S-P-O-Pel
Yuli menamai kura-kuranya Kira.
6. S-P-O-Pel-K
Setiap pagi Harmo membuatkan semua member nasi goreng.
7. S-P-O-K
Enci minum susu strawberry setiap hari.
8. S-P-Pel-K.
Semua member sedih ketika Karno masuk militer.
Contoh :
1. S-P
Desi belajar
2. S-P-O
Iyan menonton drama
3. S-P-Pel
Mita tertawa terbahak-bahak
4. S-P-K
Karto pergi ke Indonesia
5. S-P-O-Pel
Ohno sedang mencarikan ikan untuk kucingnya Nino
6. S-P-O-Pel-K
Setiap pagi Akbar senam bersama Hana
7. S-P-O-K
Ono memancing ikan setiap sore
8. S-P-Pel-K
Mita tertawa terbahak-bahak ketika melihat Desi tercebur ke dalam kolam ikan



By : http://mersiku.jw.lt/materi/bahasa_indonesia_4

Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia

Kata ulang adalah kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan kata.

  • Jenis kata ulang
  1.   Dwipurwa: Reduplikasi/pengulangan atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur, leluasa, sesama, tetua, lelaki.
  2. Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi/pengulangan atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
  3. Dwilingga salin suara (kata ulang berubah bunyi): Reduplikasi/pengulangan atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur, bolak-balik, beras-petas, mondar-mandir, serba-serbi.
  4. Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi/pengulangan dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-menarik.
  5. Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek, kunang-kunang,kura-kura, paru-paru.

  • Makna kata ulang
  1.  Jamak (tak tentu), contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
  2. Banyak dan bermacam-macam, contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
  3. Menyerupai, contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit.
  4. Melemahkan (agak) atau kemiripan sifat, contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan.
  5. Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi), contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-mandir.
  6. Saling (berbalasan), contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam, berkirim-kiriman.
  7. Kolektif (pada kata bilangan), contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
  8. Meskipun, contoh: hujan-hujan dia datang juga.
  9. Dalam keadaan, contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
  10. Walaupun (meskipun), contoh: kecil-kecil.
  11. Perihal, contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
  12. Tindakan untuk bersenang-senang, contoh: makan-makan.
  13. Kesantaian, contoh : Setiap pagi, ia duduk-duduk di teras rumah.
  14. Paling, contoh: Ia harus menyelesaikan tugas itu secepat-cepatnya.
  15. Sering, selalu, mudah, contoh: Akhir-akhir ini ia sering sakit-sakitan.

  • Perulangan kata bilangan
  1.  Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna "satu demi satu". Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
  2. Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna "hanya satu itu". Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
  3. Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian "sekaligus dua, tiga, dst.".Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.
  4.  Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst.. Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
  5. Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan 
by:http://mersiku.jw.lt/materi/bahasa_indonesia_6

Rabu, 21 November 2012

BIODATA


Nama                 : Linda Hardiyanti
NIM                   : 1004029
Kelas                  : 3 Bahasa
Alamat              :  Purwasari, Karawang
Tinggi Badan    : Di atas rata-rata
Pacar                 : Lee Seung Gi (Lee Seung Ki)
Status                : Single
Zodiak              :  Leo
Moto                 : Senyum adalah Ibadah ^_^
Visi                    :  Sukses Dunia Akhirat
Misi                   :  Menjadi pribadi yang baik, menjalankan kewajiban sebagai insan yang   beragama.